Pelajaran tentang cara bertumbuh tanpa mengorbankan apa yang buat mereka istimewa.
59
AM terasa seperti sebuah rilisan yang telah Arctic Monkeys persiapkan selama lima tahun karier mereka sebelum rilisnya. Ada keinginan untuk melepaskan diri dari suara band yang sekadar bermusik bersama di sebuah ruangan dan keinginan untuk menggabungkan riff bergaya Black Sabbath era '70-an dengan produksi nan apik seperti album-album Dr. Dre yang menyatukan mereka saat remaja. Dari situ, hadirlah sebuah album yang paling inovatif dalam karier mereka yang masih belia—paduan memukau antara rock 'n' roll yang ritmis dan apik dengan sentuhan R&B.
“Ini mengulang semuanya dari awal.”
Pembuka album dan lagu unggulan "Do I Wanna Know?" adalah cetak biru bagi semua hal yang merepresentasikan AM: hook yang emotif dan riff yang tajam berlatarkan irama yang terdengar energik sekaligus minimalis. Arctic Monkeys telah menelurkan salah satu album debut paling memikat sepanjang masa pada tahun 2006 lewat Whatever People Say I Am, That's What I'm Not, akan tetapi mahakarya kedua mereka ini entah bagaimana berhasil melebihinya dan menjadi sebuah contoh bagaimana suatu band dapat berkembang dan bereksperimen tanpa perlu mengorbankan hal-hal yang membuat mereka istimewa.